Sunday, 12 April 2015

Virus kuning pada cabai

Virus penyebab penyakit kuning pada tanaman cabai merupakan virus dari genus Begomovirus.  Begomovirus ditularkan melalui kutu kebul dari genus Bemisia.  Menurut laporan Nugroho (2010) virus tersebut dapat bertahan dalam tubuh kutu kebul sampai 20 hari.  Meskipun virus tersebut berada dalam tubuh kutu kebul namun virus tersebut tidak dapat diturunkan keketurunannya.  Virus tersebut ditularkan pada saat kutu kebul hinggap pada tanaman inang dan menghisap daunnya, bersamaan dengan itu virus tersebut ikut masuk ke dalam tubuh tanaman bersama dengan cairan dari alat mulut serangga tersebut.
Kutu kebul (Bemisia tabaci)


Kumoro (2003) menyebutkan bahwa ada 4 variasi gejala yang ditimbulkan oleh virus gemini.  Pertama; pucuk mengkerut dan cekung, berwarna mosaik hijau pucat, lalu pertumbuhan tanaman terhambat, daun mengkerut dan menebal, berwarna mosaik hijau pucat disertai tonjolan berwarna hijau tua.  Kedua; mosaik kuning pada pucuk dan daun muda, gejala lanjut yaitu pada hampir seluruh daun menjadi bulai.  Ketiga; pada urat daun pucuk/daun muda berwarna pucat atau kuning hingga nampak seperti jala.  Gejala lanjut belang kuning cerah.  Keempat; daun muda/pucuk cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan.  Seluruh daun kuning cerah, bentuk daun berkerut dan cekung dengan ukuran lebih kecil dan pertumbuhan terhambat.  Biasanya jika dilihat pada permukaan bawah daun maka akan ditemukan kutu kebul.

Semua gejala yang muncul ini sebenarnya merupakan akibat dari terhambatnya aliran nutrisi (fotosintat) dari source ke sink karena virus yang ada di dalam tanaman menguasai floem (floem limited virus).  Tanaman yang terinfeksi pada awal pertumbuhan tidak akan menghasilkan buah dan tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal.  Jika tanaman terinfeksi saat memasuki fase generatif maka buah yang dihasilkan akan berbentuk kerdil dan bertekstur keras.

Tanaman inang dari virus ini diantaranya Ageratum conyzoides (babadotan/wedusan), Gomphrena globosa (kembang kancing), buncis, kedelai, cabai rawit, cabai besar, tomat, dan tembakau.

Adapun cara untuk mengendalikan penyakit kuning yaitu dengan mengendalikan vektornya.  Cara pengendalian vektor dari Begomovirus diantaranya dengan memanfaatkan predatornya yaitu Menochilus sexmaculatus; memanfaatkan parasitoidnya yaitu Encarsia formosa Gahan, E. lutea, Eretmocerus orientalis, E. mundus, dan E. halaemani; memanfaatkan jamur entomopatogen yaitu Verticillium lecanii, Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Paecilomyces fumosoroseus, P. farinosus, dan Aschersonia aleyrodis (Wagiman, dkk., 2009).  Selain itu dapat menggunakan perangkap yaitu dengan memasang papan yang dicat kuning dan diolesi oli bekas sebanyak 40 buah/ha.  Menanam tanaman border juga bisa dilakukan sebagai upaya pengendaliannya yaitu dengan menanam tanaman Tagetes erecta (tahi ayam/tembelekan) ataupun tanaman Zea mays (jagung) di sekeliling kebun.  Sedangkan pengendalian dengan bahan kimia sintetik bisa menggunakan insektisida berbahan aktif Bitenthrin, Buprofezin, Imidacloprid, Amitraz, Fenpropathin, Endosulphan, Cyfluthrin deltamethrin, Permethrin, dan Asefat.

Referensi:
Kumoro, K. 2003. Virus Kuning Keriting Pada Cabai Merah. Lembar Informasi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. 2 hlm.

Nugroho, A.R. 2010. Analisis Integrasi Dan Ekspresi Gen Ketahanan Terhadap Geminivirus (AVI) Pada Tembakau Transgenik. (Skripsi). Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 28 hlm.

Trisno, J., S.H. Hidayat, Jamsari, T. Habazar, dan I. Manti. 2010. Identifikasi molekuler Begomovirus penyebab penyakit kuning keriting pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) di Sumatera Barat. Jurnal Natur Indonesia 13 (1): 41 – 46.

Wagiman, F.X, L. Prabaningrum, dan D. Simanjuntak. 2009. Eksplorasi, Karakterisasi, dan Potensi Musuh Alami Hama Bemisia tabaci di Ekosistem Cabai. (Laporan Akhir Hasil Kegiatan Penelitian). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada Dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 4 hlm.