Virus penyebab penyakit kuning pada tanaman cabai merupakan virus
dari genus Begomovirus. Begomovirus
ditularkan melalui kutu kebul dari genus Bemisia. Menurut laporan Nugroho (2010) virus tersebut
dapat bertahan dalam tubuh kutu kebul sampai 20 hari. Meskipun virus tersebut berada dalam tubuh
kutu kebul namun virus tersebut tidak dapat diturunkan keketurunannya. Virus tersebut ditularkan pada saat kutu
kebul hinggap pada tanaman inang dan menghisap daunnya, bersamaan dengan itu
virus tersebut ikut masuk ke dalam tubuh tanaman bersama dengan cairan dari alat
mulut serangga tersebut.
Kutu kebul (Bemisia tabaci) |
Kumoro (2003) menyebutkan bahwa ada 4 variasi gejala yang
ditimbulkan oleh virus gemini. Pertama;
pucuk mengkerut dan cekung, berwarna mosaik hijau pucat, lalu pertumbuhan
tanaman terhambat, daun mengkerut dan menebal, berwarna mosaik hijau pucat
disertai tonjolan berwarna hijau tua.
Kedua; mosaik kuning pada pucuk dan daun muda, gejala lanjut yaitu pada
hampir seluruh daun menjadi bulai.
Ketiga; pada urat daun pucuk/daun muda berwarna pucat atau kuning hingga
nampak seperti jala. Gejala lanjut
belang kuning cerah. Keempat; daun
muda/pucuk cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan. Seluruh daun kuning cerah, bentuk daun
berkerut dan cekung dengan ukuran lebih kecil dan pertumbuhan terhambat. Biasanya jika dilihat pada permukaan bawah
daun maka akan ditemukan kutu kebul.
Semua gejala yang muncul ini
sebenarnya merupakan akibat dari terhambatnya aliran nutrisi (fotosintat) dari source
ke sink karena virus yang ada di dalam tanaman menguasai floem (floem
limited virus). Tanaman yang terinfeksi pada awal
pertumbuhan tidak akan menghasilkan buah dan tanaman tidak dapat tumbuh dengan
normal. Jika tanaman terinfeksi saat memasuki fase
generatif maka buah yang dihasilkan akan berbentuk kerdil dan bertekstur keras.
Tanaman inang dari virus ini diantaranya Ageratum conyzoides
(babadotan/wedusan), Gomphrena globosa (kembang kancing), buncis,
kedelai, cabai rawit, cabai besar, tomat, dan tembakau.
Adapun cara untuk mengendalikan penyakit kuning yaitu dengan
mengendalikan vektornya. Cara
pengendalian vektor dari Begomovirus diantaranya dengan memanfaatkan
predatornya yaitu Menochilus sexmaculatus; memanfaatkan parasitoidnya
yaitu Encarsia formosa Gahan, E. lutea, Eretmocerus orientalis, E. mundus,
dan E. halaemani; memanfaatkan jamur entomopatogen yaitu Verticillium
lecanii, Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Paecilomyces fumosoroseus,
P. farinosus, dan Aschersonia aleyrodis (Wagiman, dkk., 2009). Selain itu dapat menggunakan perangkap yaitu
dengan memasang papan yang dicat kuning dan diolesi oli bekas sebanyak 40
buah/ha. Menanam tanaman border
juga bisa dilakukan sebagai upaya pengendaliannya yaitu dengan menanam tanaman Tagetes
erecta (tahi ayam/tembelekan) ataupun tanaman Zea mays (jagung) di
sekeliling kebun. Sedangkan pengendalian
dengan bahan kimia sintetik bisa menggunakan insektisida berbahan aktif
Bitenthrin, Buprofezin, Imidacloprid, Amitraz, Fenpropathin, Endosulphan,
Cyfluthrin deltamethrin, Permethrin, dan Asefat.
Referensi:
Kumoro, K. 2003. Virus Kuning Keriting Pada Cabai Merah.
Lembar Informasi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara
Barat. 2 hlm.
Nugroho, A.R. 2010. Analisis Integrasi Dan Ekspresi Gen Ketahanan
Terhadap Geminivirus (AVI) Pada Tembakau Transgenik. (Skripsi). Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 28 hlm.
Trisno, J., S.H. Hidayat, Jamsari, T. Habazar, dan I. Manti. 2010.
Identifikasi molekuler Begomovirus penyebab penyakit kuning keriting
pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) di Sumatera Barat. Jurnal
Natur Indonesia 13 (1): 41 – 46.
Wagiman, F.X, L. Prabaningrum, dan D. Simanjuntak. 2009.
Eksplorasi, Karakterisasi, dan Potensi Musuh Alami Hama Bemisia tabaci
di Ekosistem Cabai. (Laporan Akhir Hasil Kegiatan Penelitian). Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada Dan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 4 hlm.