Kedelai merupakan komoditas strategis ketiga setelah
padi dan jagung di Indonesia. Seperti
halnya tanaman pangan pada umumnya, budidaya kedelai tidak terlepas dari
gangguan organisme pengganggu tanaman termasuk penyakit tanaman. Menurut Sinclair & Hartman (1999 dalam
Ramlan & Nurjanani, 2011) penyakit karat yang disebabkan jamur Phakopsora
pachyrhizi merupakan penyakit penting pada kedelai. Penyakit karat dapat menurunkan hasil karena
daun-daun yang terserang akan mengalami defoliasi lebih awal sehingga akan
mengakibatkan berkurangnya berat biji dan jumlah polong yang bervariasi antara
10 – 90%, tergantung pada fase perkembangan tanaman, lingkungan dan varietas
kedelai.
Gejala penyakit karat kedelai adalah terdapatnya
bintik-bintik kecil yang kemudian berubah menjadi bercak-bercak berwarna coklat
pada bagian bawah daun, yaitu uredium penghasil uredospora. Serangan berat menyebabkan daun gugur dan
polong hampa. Terjadi bercak- bercak
kecil berwarna cokelat kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah
menjadi cokelat atau coklat tua. Bercak
karat terlihat sebelum bisul- bisul (pustule) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut karena dibatasi
oleh tulang-tulang daun tepatnya didekat daun yang terinfeksi. Biasanya dimulai dari daun bawah baru kemudian
ke daun yang lebih muda.
gejala (tampak permukaan daun) |
pustul |
Tanaman inang jamur tersebut antara lain tanaman komak,
bengkuang, kacang krotok, kacang polong, kacang kapri, kacang panjang, dan
kacang asu. Jamur tersebut biasanya
mulai menyerang pada saat tanaman berumur 3 – 4 minggu setelah tanam.
Perkecambahan spora dan penetrasi spora membutuhkan air
bebas dan terjadi pada suhu 8 – 280 oC. Uredia muncul 9 – 10 hari setelah infeksi, dan
urediospora diproduksi setelah 3 minggu. Kondisi lembab yang panjang dan periode dingin
dibutuhkan untuk menginfeksi daun-daun dan sporulasi. Penyebaran urediniospora dibantu oleh hembusan
angin pada waktu hujan. Jamur ini tidak
ditularkan melalui benih.
P. pachyrhizi
merupakan parasit obligat. Artinya,
jamur tersebut hanya dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada tanaman
hidup. Jadi, jika sahabat ingin meneliti
jamur ini harus menanam tanaman inangnya seperti halnya bulai jagung. Perlu dipahami bahwa jamur yang bersifat
obligat tidak dapat ditumbuhkan pada media buatan misalnya PSA (Potato
Sucrose Agar).
Pengendalian yang bisa diterapkan yaitu dengan
memanfaatkan jamur parasit Verticillium lecani, fungisida nabati minyak
cengkeh, rotasi tanam, dan pengendalian secara terpadu.
Referensi:
Ramlan & Nurjanani. 2011. Pengenalan penyakit karat daun (Phakopsora
pachyrhizi) dan pengelolaannya pada kedelai. Superman
: Suara Perlindungan Tanaman. 1(4):.9 – 15.
Rumbiak, B. V.
2011. Intensitas Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd) Pada
Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril) Di Kampung Sanggaria
Distrik Arso Kabupaten Keerom. (Skripsi). Universitas Negeri Papua.
Manokwari. 30 hlm.
Narváez, D.
(Tanpa tahun). Soybean Rust Life Cycle, Spore Germination and Survival. NFREC-IFAS
- University of Florida. 44 hlm.
Catatan: untuk pendidikan usahakan mencari sumber
aslinya^.^