Sunday, 8 March 2015

Karat Daun Kedelai

Kedelai merupakan komoditas strategis ketiga setelah padi dan jagung di Indonesia.  Seperti halnya tanaman pangan pada umumnya, budidaya kedelai tidak terlepas dari gangguan organisme pengganggu tanaman termasuk penyakit tanaman.  Menurut Sinclair & Hartman (1999 dalam Ramlan & Nurjanani, 2011) penyakit karat yang disebabkan jamur Phakopsora pachyrhizi merupakan penyakit penting pada kedelai.  Penyakit karat dapat menurunkan hasil karena daun-daun yang terserang akan mengalami defoliasi lebih awal sehingga akan mengakibatkan berkurangnya berat biji dan jumlah polong yang bervariasi antara 10 – 90%, tergantung pada fase perkembangan tanaman, lingkungan dan varietas kedelai.

Gejala penyakit karat kedelai adalah terdapatnya bintik-bintik kecil yang kemudian berubah menjadi bercak-bercak berwarna coklat pada bagian bawah daun, yaitu uredium penghasil uredospora.  Serangan berat menyebabkan daun gugur dan polong hampa.  Terjadi bercak- bercak kecil berwarna cokelat kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi cokelat atau coklat tua.  Bercak karat terlihat sebelum bisul- bisul (pustule) pecah.  Bercak tampak bersudut-sudut karena dibatasi oleh tulang-tulang daun tepatnya didekat daun yang terinfeksi.  Biasanya dimulai dari daun bawah baru kemudian ke daun yang lebih muda.
gejala (tampak permukaan daun)


tanda (tampak dasar/bawah daun terdapat kumpulan pustul seperti serbuk)

pustul
urediospora secara mikroskopis
Tanaman inang jamur tersebut antara lain tanaman komak, bengkuang, kacang krotok, kacang polong, kacang kapri, kacang panjang, dan kacang asu.  Jamur tersebut biasanya mulai menyerang pada saat tanaman berumur 3 – 4 minggu setelah tanam.

Perkecambahan spora dan penetrasi spora membutuhkan air bebas dan terjadi pada suhu 8 – 280 oC.  Uredia muncul 9 – 10 hari setelah infeksi, dan urediospora diproduksi setelah 3 minggu.  Kondisi lembab yang panjang dan periode dingin dibutuhkan untuk menginfeksi daun-daun dan sporulasi.  Penyebaran urediniospora dibantu oleh hembusan angin pada waktu hujan.  Jamur ini tidak ditularkan melalui benih. 
P. pachyrhizi merupakan parasit obligat.  Artinya, jamur tersebut hanya dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada tanaman hidup.  Jadi, jika sahabat ingin meneliti jamur ini harus menanam tanaman inangnya seperti halnya bulai jagung.  Perlu dipahami bahwa jamur yang bersifat obligat tidak dapat ditumbuhkan pada media buatan misalnya PSA (Potato Sucrose Agar).  
  
Pengendalian yang bisa diterapkan yaitu dengan memanfaatkan jamur parasit Verticillium lecani, fungisida nabati minyak cengkeh, rotasi tanam, dan pengendalian secara terpadu.

 
Referensi:

Ramlan & Nurjanani. 2011. Pengenalan penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi) dan pengelolaannya pada kedelai. Superman : Suara Perlindungan Tanaman. 1(4):.9 – 15.

Rumbiak, B. V. 2011. Intensitas Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd) Pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril) Di Kampung Sanggaria Distrik Arso Kabupaten Keerom. (Skripsi). Universitas Negeri Papua. Manokwari. 30 hlm.

Narváez, D. (Tanpa tahun). Soybean Rust Life Cycle, Spore Germination and Survival. NFREC-IFAS - University of Florida. 44 hlm.

Catatan: untuk pendidikan usahakan mencari sumber aslinya^.^