DORMANSI BIJI GULMA
I.
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Dormansi
adalah suatu istilah fisiologis tumbuhan yang dipergunakan untuk biji atau
organ vegetatif yang tidak mau berkecambah meskipun keadaan lingkungannya
menguntungkan. Dormansi dapat menjadikan
biji- biji gulma tahan bertahun-tahun dalam tanah dan hanya akan
berkecambah dan tumbuh bila keadaan lingkungannya menguntungkan.
Biji-biji gulma yang berada dalam tanah tersebut mempunyai tingkat dormansi yang berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari suatu populasi biji gulma tidak terjadi secara serentak. Keadaan ini mengakibatkan biji-biji gulma dalam tanah akan tetap menjadi masalah selama biji-biji tersebut masih ada. Berdasarkan karakter dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, beberapa pakar biologi membedakan dormansi menjadi 3 (tiga) macam (1) bawaan (innate), (2) rangsangan dan (3) paksaan (enforced).
Biji-biji gulma yang berada dalam tanah tersebut mempunyai tingkat dormansi yang berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari suatu populasi biji gulma tidak terjadi secara serentak. Keadaan ini mengakibatkan biji-biji gulma dalam tanah akan tetap menjadi masalah selama biji-biji tersebut masih ada. Berdasarkan karakter dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, beberapa pakar biologi membedakan dormansi menjadi 3 (tiga) macam (1) bawaan (innate), (2) rangsangan dan (3) paksaan (enforced).
Oleh
karena itu, pada praktikum dormansi biji gulma, praktikan akan mengamati jenis
dormansi, kemampuan biji gulma mengalami dormansi dan pemecahan dormansi
sehingga praktikan akan lebih paham mengenai dormansi biji gulma dengan demikian harapannya setelah praktikum ini
praktikan akan dapat menemukan solusi dalam pengendalian gulma yang memiliki
daya dormansi tinggi secara efisien.
I.2. Tujuan
Tujuan
dari praktikum dormansi biji gulma ini adalah untuk mengetahui jenis dormansi,
kemampuan organ perbanyakan (biji) gulma mengalami dormansi, dan pemecahan
dormansi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Dormansi
dapat dikatakan sebagai suatu fase dimana kulit biji dalam kondisi yang keras
menghalangi penyerapan. Organisme hidup
dapat memasuki keadaan tetap hidup meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu
yang lama, dan baru mulai tumbuh aktif bila kondisinya sudah sesuai. Kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya
hidup biji. Meningkatnya kelembaban
biasanya mempercepat hilangnya daya hidup (Salisbury dan Ross, 1995).
Istilah
yang pernah digunakan untuk menjelaskan dormansi dan yang paling lazim adalah
istilah istirahat dan pasif. Lebih
banyak istilah yang menyertakan kata dormansi di belakang kata keadaan
(adjektif), misalnya primer, sekunder, bawaan, dan sebagainya. Secara logis menjelaskan pentingnya kesatuan
istilah dan menganjurkan tiga istilah baru saja, yakni endodormansi,
ekodormansi, dan paradormansi. Di
laboratorium dan di bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau
pelarut lemak (yang menghilangkan bahan berlilin) yang kadang mengahalangi
masuknya air / asam pekat. Sebagai
contoh, perkecambahan biji kapas dan kacangan tropika dapat sangat dipacu
dengan merendam biji terlebih dahulu dengan asam sulfat selama beberapa menit
sampai satu jam dan selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu (Salisbury
dan Ross, 1992).
Substansi
yang larut kemudian dapat membawa embrio dan respirasi, dimana dormansi biji
prosesnya tidak dapat dilihat dapat menunjukkan kemampuan besar. Pada beberapa
benih seperti beras, rumput, respirasi anaerob memerlukan energi untuk
pertumbuhan embrio, tetapi kebanyakan benih energi disuplai dalam bentuk
respirasi anaerob (Stern dkk, 2004).
Faktor-faktor
yang menyebabkan dormansi pada biji adalah :
1.
Tidak sempurnanya embrio (rudimentary
embryo),
2.
Embrio yang belum matang secara fisiologis (physiological
immature embryo),
3.
Kulit biji yang tebal (tahan terhadap pergerakkan mekanis),
4.
Kulit biji impermeable (impermeable seed
coat) dan
5.
Adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (Abidin, 1987).
Menurut
Muhammad Salim Saleh (2004), pada dasarnya dormansi dapat diperpendek dengan
berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi.
Benih yang cepat berkecambah berarti
memiliki kesempatan tumbuh axis embrio lebih panjang sehingga memungkinkan
terjadi pembekakan pada bagian ujungnya sebagai tempat pertumbuhan akar dan
plumula sehingga akar menjadi lebih panjang.
III. METODOLOGI
3.1.Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah 4 cawan petri, kapas, 4 pot kecil,
plastik hitam, kertas label, karet, nampan, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah biji gulma dari
golongan rumput, teki, dan daun lebar; benih tanaman budidaya, air, dan tanah.
3.2.Metode/Cara Kerja
Adapun
langkah-langkah kerja yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
3.2.1.Dormansi Primer
Menyiapkan
biji gulma golongan teki, rumput, dan daun lebar serta benih tanaman budidaya
masing-masing 50 biji.
|
↓
Menyiapkan
4 cawan petri yang dilengkapi kapas lembab didalamnya.
|
↓
Meletakkan
biji dan benih pada cawan yang berbeda tiap jenisnya dan beri label nama pada
tiap cawan.
|
↓
Melakukan
pemeliharaan selama 4 minggu
|
↓
Menghitung
kecambah yang tumbuh setiap minggunya.
|
3.2.2.Dormansi
Paksaan
Menyiapkan
tanah dari kedalaman 0-20cm sebanyak 4 pot kecil yang disediakan.
|
↓
Memberi
perlakuan 2 pot berisi tanah yang disiram kemudian salah satu pot ditutup
dengan plastik hitam (perlakuan ternaungi).
|
↓
Memberi
perlakuan 2 pot berisi tanah tanpa disiram kemudian salah satu pot ditutup
dengan plastik hitam (perlakuan ternaungi).
|
↓
Mengamati
dan mencatat jumlah kecambah yang tumbuh setiap minggu selama 4 minggu.
|
3.3.Perhitungan
Adapun
perhitungan biji dan benih yang telah tumbuh adalah sebagai berikut:
3.3.1.Dormansi primer (Minggu
ke-1 tanggal 15 oktober 2012).
Biji
gulma dan benih tanaman budidaya tidak ada yang tumbuh dikarenakan kesalahan
dalam pemeliharaan sehingga dilakukan penanaman ulang.
3.3.2.Dormansi Paksaan
(Minggu ke-1 tanggal 15 Oktober 2012)
1.Perlakuan
tanah lembab
a.Tanah
lembab terbuka/tanpa naungan = tumbuh 1 gulma.
b.Tanah
lembab tertutup/ternaungi = belum
ada yang tumbuh.
2.Perlakuan
tanah kering
a.Tanah
kering terbuka/tanpa naungan = belum ada
yang tumbuh
b.Tanah
kering tertutup/ternaungi = belum ada yang tumbuh.
3.3.3. Dormansi primer (Minggu ke-1
tanggal 22 oktober 2012).
1.
Brassica rapa =
=
=
94%
2. Ruelia tuberosa =
=
=
96%
3. Fimbristylis littoralis =
=
=
18%
4. Eleusine indica =
=
=
0%
3.3.4.Dormansi Paksaan
(Minggu ke-2 tanggal 22 Oktober 2012)
1.Perlakuan
tanah lembab
a.Tanah
lembab terbuka/tanpa naungan = 1 gulma patah.
b.Tanah
lembab tertutup/ternaungi = belum
ada yang tumbuh.
2.Perlakuan
tanah kering
a.Tanah
kering terbuka/tanpa naungan = belum ada
yang tumbuh
b.Tanah
kering tertutup/ternaungi = belum
ada yang tumbuh.
3.3.5. Dormansi primer (Minggu ke-2
tanggal 29 oktober 2012).
1.
Brassica rapa =
=
=
0%
2. Ruelia tuberosa =
=
=
0%
3. Fimbristylis littoralis =
=
=
42%
4. Eleusine indica =
=
=
0%
3.3.6.Dormansi Paksaan
(Minggu ke-3 tanggal 29 Oktober 2012)
1.Perlakuan
tanah lembab
a.Tanah
lembab terbuka/tanpa naungan = gulma tidak ada yang tumbuh.
b.Tanah
lembab tertutup/ternaungi = belum
ada yang tumbuh.
2.Perlakuan
tanah kering
a.Tanah
kering terbuka/tanpa naungan = belum ada
yang tumbuh
b.Tanah
kering tertutup/ternaungi = belum
ada yang tumbuh.
3.3.97. Dormansi primer (Minggu ke-3
tanggal 05 November 2012).
1.
Brassica rapa =
=
=
0%
2. Ruelia tuberosa =
=
=
0%
3. Fimbristylis littoralis =
=
=
0%
4. Eleusine indica =
=
=
0%
3.3.8.Dormansi Paksaan
(Minggu ke-4 tanggal 05 November 2012)
1.Perlakuan
tanah lembab
a.Tanah
lembab terbuka/tanpa naungan = gulma tidak ada yang tumbuh.
b.Tanah
lembab tertutup/ternaungi = belum
ada yang tumbuh.
2.Perlakuan
tanah kering
a.Tanah
kering terbuka/tanpa naungan = belum ada
yang tumbuh
b.Tanah
kering tertutup/ternaungi = belum
ada yang tumbuh.
3.3.9. Dormansi primer (Minggu ke-4
tanggal 12 November 2012).
1.
Brassica rapa =
=
=
0%
2. Ruelia tuberosa =
=
=
0%
3. Fimbristylis littoralis =
=
=
0%
4. Eleusine indica =
=
=
0%
3.3.10.Dormansi Paksaan
(Minggu ke-5 tanggal 12 November 2012)
1.Perlakuan
tanah lembab
a.Tanah
lembab terbuka/tanpa naungan = gulma tidak ada yang tumbuh.
b.Tanah
lembab tertutup/ternaungi = belum
ada yang tumbuh.
2.Perlakuan
tanah kering
a.Tanah
kering terbuka/tanpa naungan = belum ada
yang tumbuh
b.Tanah
kering tertutup/ternaungi = belum
ada yang tumbuh.
IV.
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pengematan
Adapun
hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel
1.Pengamatan dormansi primer : persentase kecambah yang muncul
No
|
Jenis gulma atau tanaman
|
Waktu pengamatan
(MST=minggu setelah tanam)
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Brassica rapa
|
94%
|
0%
|
0%
|
0%
|
2
|
Ruelia tuberosa
|
96%
|
0%
|
0%
|
0%
|
3
|
Fimbristylis littoralis
|
18%
|
42%
|
0%
|
0%
|
4
|
Eleusine indica
|
0%
|
0%
|
0%
|
0%
|
Tabel
2.Pengamatan dormansi paksaan
No
|
Perlakuan
|
Jenis dan jumlah gulma yang tumbuh
|
|||||||
jenis
|
jumlah
|
||||||||
1
|
Tanah lembab
|
||||||||
a.Terbuka
|
Belum diketahui
|
Tidak diketahui
|
-
|
-
|
1
|
1 gulma patah
|
-
|
-
|
|
b.Ternaungi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
Tanah Kering
|
||||||||
a.Terbuka
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
b.Ternaungi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.2.Pembahasan
Dormansi
Bawaan (primer) merupakan dormansi
disebabkan oleh beberapa faktor dan mekanisme yang bersifat genetis. Faktor dan mekanisme penyebabnya antara lain
ialah :
1.Embrio
yang belum matang. Pada bebepara jenis
gulma, biji yang terlihattelah sempurna dan terpisah dari induknya, embryonya
masih dalam proses
pertumbuhan
dan perkembangan. Biji-biji tersebut
akan berkecambah setelah pertumbuhan dan perkembangan embryonyasempurna. Contoh : Welingi (Scorpus sp.) dan Cacaban (
Polygonum sp.).
2.Kulit
biji yang keras. Kulit biji yang keras
merupakan penghalang perkecambahan, karena impermeable (tidak dapat ditembus)
oleh gas, air atau tahan terhadap tekanan. Meskipun air dan gas telah dapat
menembus,tetapi bila kulit biji keras (tahan tekanan) maka biji belum dapat
berkecambah. Biji yang mempunyai sifat
seperti ini akan berkecambah bila kulit bijinya menipis karena kerusakan
mekanis seperti kebakaran,hewan dan mikroorganisme atau penyebab fisik lain. Contohnya : jenis- jenis bayam (Amranthus spp.) dan jenis-jenis sawi (Brasica spp.).
3.
Hambatan kimiawi. Hambatan kimiawi dalam
kulit biji atau buah, dalam embryo atau endosperm dapat menyebabkan biji tidak
dapat berkecambah. Biji-biji yang mempunyai sifat dorman seperti ini biasanya
dapat berkecambah setelah hambatan tersebut hilang karena perlakuan pencucian,
suhu atau cahaya.
Pada
praktikum dormansi primer yang dilakukan oleh kelompok 4 awalnya mengalami
kegagalan karena biji gulma dan benih tanaman budidaya yang ditanam pada cawan
petri tidak ada yang tumbuh karena keteledoran praktikan dalam pemeliharaannya
yaitu kertas pada cawan tidak dalam keadaan lembab/kekurangan air. Oleh sebab itu dilakukan penanaman ulang yang
akhirnya pada minggu pertama gulma Ruelia
tuberosa tumbuh 96%, Fimbristylis
littoralis tumbuh 18%, dan Eleusine
indica 0% sedangkan untuk Brassica
rapa tumbuh 94%. Pada gulma Eleusine indica dari minggu pertama
hingga akhir kecambah tidak ada yang muncul meskipun kelembapan kertas pada
cawan terjaga, tidak munculnya kecambah ini diasumsikan karena biji gulma yang
diperoleh atau digunakan diduga tidak bagus dalam artian hampa atau sudah tidak
memiliki daya berkecambah atau memang kondisi tersebut belum sesuai yang
dikehendaki oleh gulma Eleusine indica.
Dormansi
paksaan (Enforced dormancy) merupakanistilah
yang digunakan untuk biji-biji yang tidak berkecambah selama faktor lingkungan
(kelembaban, cahaya, oksigen) kurang menguntungkan dan segeraakan berkecambah
bila lingkungannya menguntungkan. Beberapa
faktor-faktor yang menyebabkan dormansi:
Keadaan suhu, kelembaban,Oksigen, cahaya, resistensi mekanis kulit biji,
embrio yang belum masak dan pematangan kemudian.
Pada
dormansi paksaan, minggu pertama pada perlakuan tanah lembab terbuka sempat
tumbuh satu gulma tetapi pada minggu kedua gulma tersebut patah sehingga kami
belum mengetahui jenis gulma apa yang tumbuh tersebut apakah dari golongan
teki, rumput atau daun lebar sesuai gulma yang tumbuh disekitar tanah yang
digunakan sebagai media tanam. Namun
umumnya area yang kami ambil tanahnya banyak ditumbuhi gulma dari jenis daun
lebar, salah satunya Asystasia gangetica. Sedangkan pada perlakuan tanah kering baik
terbuka maupun tertutup tidak ada gulma yang muncul kecambahnya, hal ini
diasumsikan biji-biji gulma yang berada dalam tanah tersebut dalam masa
dormansi karena lingkungan yang tidak mendukung/tidak adanya penyiraman
sehingga tanah dalam keadaan kurang air sehingga tidak ada proses imbibisi yang
mendorong tumbuhnya kecambah pada biji gulma.
V.
KESIMPULAN
Dari
hasil pengamatan dan pembahasan mengenai dormansi biji gulma, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Dormansi dapat menjadikan biji gulma tahan bertahun-tahun dalam tanah dan hanya
akan tumbuh pada kondisi yang menguntungkan.
2.
Dormansi dibedakan menjadi 3 yaitu dormansi bawaan, rangsangan dan paksaan.
3.
Dari hasil pengamatan biji gulma yang paling banyak berkecambah yaitu Ruelia tuberosa dengan persentase tumbuh
mencapai 96%.
4.
Gulma Eleusine indica pada praktikum
ini kecambah tidak muncul, hal ini diasumsikan 2 hal yang terjadi yaitu karena
biji yang digunakan tidak mampu berkecambah atau memang kondisi lingkungan
belum sesuai dengan E. indica
sehingga biji tetap dorman.
5.
Dari hasil pengamatan pada perlakuan tanah lembab dan kering terlihat biji
gulma memang akan tumbuh pada kondisi yang menguntungkan terbukti tumbuhnya
gulma pada perlakuan tanah lembab meski hanya 1 dan akhirnya mati karena patah.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z.1987.Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.Angkasa :
Bandung.
Saleh,M.S.,2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik
Pada Berbagi Lama Ekstrasi Buah. Dalam Industri
Benih di Indonesia Aspek Penunjangan Pengembangan. Jurusan Budidaya
Fakultas Pertanian UNTAD.
Salisbury,
F.B., dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi
Tumbuhan. ITB Press, Bandung
________. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3. ITB : Bandung.
Stern,
K.R., S. Jansky, J.E. Bidlack., 2004. Introdution
Plant Biology. McGraw-Hill Book Company Inc, London