Sunday, 11 August 2013

Laporan Praktikum Ilmu Teknik Pengendalian Gulma


DORMANSI BIJI GULMA



I.     PENDAHULUAN



I.I.  Latar Belakang
Dormansi adalah suatu istilah fisiologis tumbuhan yang dipergunakan untuk biji atau organ vegetatif yang tidak mau berkecambah meskipun keadaan lingkungannya menguntungkan.  Dormansi dapat menjadikan biji- biji gulma tahan bertahun-tahun dalam tanah dan hanya akan berkecambah dan tumbuh bila keadaan lingkungannya menguntungkan.
Biji-biji gulma yang berada dalam tanah tersebut mempunyai tingkat dormansi yang berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari suatu populasi biji gulma tidak terjadi secara serentak.  Keadaan ini mengakibatkan biji-biji gulma dalam tanah akan tetap menjadi masalah selama biji-biji tersebut masih ada.  Berdasarkan karakter dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, beberapa pakar biologi membedakan dormansi menjadi 3 (tiga) macam (1) bawaan (innate), (2) rangsangan dan (3) paksaan (enforced).

Oleh karena itu, pada praktikum dormansi biji gulma, praktikan akan mengamati jenis dormansi, kemampuan biji gulma mengalami dormansi dan pemecahan dormansi sehingga praktikan akan lebih paham mengenai dormansi biji gulma dengan  demikian harapannya setelah praktikum ini praktikan akan dapat menemukan solusi dalam pengendalian gulma yang memiliki daya dormansi tinggi secara efisien.

I.2.  Tujuan
Tujuan dari praktikum dormansi biji gulma ini adalah untuk mengetahui jenis dormansi, kemampuan organ perbanyakan (biji) gulma mengalami dormansi, dan pemecahan dormansi.


II.      TINJAUAN PUSTAKA



Dormansi dapat dikatakan sebagai suatu fase dimana kulit biji dalam kondisi yang keras menghalangi penyerapan.  Organisme hidup dapat memasuki keadaan tetap hidup meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu yang lama, dan baru mulai tumbuh aktif bila kondisinya sudah sesuai.  Kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup biji.  Meningkatnya kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup (Salisbury dan Ross, 1995).

Istilah yang pernah digunakan untuk menjelaskan dormansi dan yang paling lazim adalah istilah istirahat dan pasif.  Lebih banyak istilah yang menyertakan kata dormansi di belakang kata keadaan (adjektif), misalnya primer, sekunder, bawaan, dan sebagainya.  Secara logis menjelaskan pentingnya kesatuan istilah dan menganjurkan tiga istilah baru saja, yakni endodormansi, ekodormansi, dan paradormansi.  Di laboratorium dan di bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak (yang menghilangkan bahan berlilin) yang kadang mengahalangi masuknya air / asam pekat.  Sebagai contoh, perkecambahan biji kapas dan kacangan tropika dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu dengan asam sulfat selama beberapa menit sampai satu jam dan selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu (Salisbury dan Ross, 1992).

Substansi yang larut kemudian dapat membawa embrio dan respirasi, dimana dormansi biji prosesnya tidak dapat dilihat dapat menunjukkan kemampuan besar. Pada beberapa benih seperti beras, rumput, respirasi anaerob memerlukan energi untuk pertumbuhan embrio, tetapi kebanyakan benih energi disuplai dalam bentuk respirasi anaerob (Stern dkk, 2004).

Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah :
1. Tidak sempurnanya embrio (rudimentary embryo),


2. Embrio yang belum matang secara fisiologis (physiological immature embryo),
3. Kulit biji yang tebal (tahan terhadap pergerakkan mekanis),
4. Kulit biji impermeable (impermeable seed coat) dan
5. Adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (Abidin, 1987).

Menurut Muhammad Salim Saleh (2004), pada dasarnya dormansi dapat diperpendek dengan berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi.  Benih yang cepat berkecambah berarti memiliki kesempatan tumbuh axis embrio lebih panjang sehingga memungkinkan terjadi pembekakan pada bagian ujungnya sebagai tempat pertumbuhan akar dan plumula sehingga akar menjadi lebih panjang.








III.   METODOLOGI



3.1.Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 4 cawan petri, kapas, 4 pot kecil, plastik hitam, kertas label, karet, nampan, dan alat tulis.  Bahan yang digunakan adalah biji gulma dari golongan rumput, teki, dan daun lebar; benih tanaman budidaya, air, dan tanah.

3.2.Metode/Cara Kerja
Adapun langkah-langkah kerja yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

3.2.1.Dormansi Primer
Menyiapkan biji gulma golongan teki, rumput, dan daun lebar serta benih tanaman budidaya masing-masing 50 biji.
Menyiapkan 4 cawan petri yang dilengkapi kapas lembab didalamnya.
Meletakkan biji dan benih pada cawan yang berbeda tiap jenisnya dan beri label nama pada tiap cawan.
Melakukan pemeliharaan selama 4 minggu
Menghitung kecambah yang tumbuh setiap minggunya.


3.2.2.Dormansi Paksaan
Menyiapkan tanah dari kedalaman 0-20cm sebanyak 4 pot kecil yang disediakan.
Memberi perlakuan 2 pot berisi tanah yang disiram kemudian salah satu pot ditutup dengan plastik hitam (perlakuan ternaungi).


Memberi perlakuan 2 pot berisi tanah tanpa disiram kemudian salah satu pot ditutup dengan plastik hitam (perlakuan ternaungi).
Mengamati dan mencatat jumlah kecambah yang tumbuh setiap minggu selama 4 minggu.


3.3.Perhitungan
Adapun perhitungan biji dan benih yang telah tumbuh adalah sebagai berikut:

3.3.1.Dormansi primer (Minggu ke-1 tanggal 15 oktober 2012).
Biji gulma dan benih tanaman budidaya tidak ada yang tumbuh dikarenakan kesalahan dalam pemeliharaan sehingga dilakukan penanaman ulang.

3.3.2.Dormansi Paksaan (Minggu ke-1 tanggal 15 Oktober 2012)
1.Perlakuan tanah lembab
a.Tanah lembab terbuka/tanpa naungan = tumbuh 1 gulma.
b.Tanah lembab tertutup/ternaungi         = belum ada yang tumbuh.

2.Perlakuan tanah kering
a.Tanah kering terbuka/tanpa naungan  = belum ada yang tumbuh
b.Tanah kering tertutup/ternaungi         = belum ada yang tumbuh.

3.3.3. Dormansi primer (Minggu ke-1 tanggal 22 oktober 2012).
1. Brassica rapa  =
                             =    = 94%
2. Ruelia tuberosa  =
                                =  = 96%
3. Fimbristylis littoralis  =
                                        =   = 18%
4. Eleusine indica  =
                               =   = 0%

3.3.4.Dormansi Paksaan (Minggu ke-2 tanggal 22 Oktober 2012)
1.Perlakuan tanah lembab
a.Tanah lembab terbuka/tanpa naungan = 1 gulma patah.
b.Tanah lembab tertutup/ternaungi         = belum ada yang tumbuh.

2.Perlakuan tanah kering
a.Tanah kering terbuka/tanpa naungan  = belum ada yang tumbuh
b.Tanah kering tertutup/ternaungi         = belum ada yang tumbuh.

3.3.5. Dormansi primer (Minggu ke-2 tanggal 29 oktober 2012).
1. Brassica rapa  =
                             =    = 0%
2. Ruelia tuberosa  =
                                =  = 0%
3. Fimbristylis littoralis  =
                                         =   = 42%
4. Eleusine indica  =
                               =   = 0%

3.3.6.Dormansi Paksaan (Minggu ke-3 tanggal 29 Oktober 2012)
1.Perlakuan tanah lembab
a.Tanah lembab terbuka/tanpa naungan = gulma tidak ada yang tumbuh.
b.Tanah lembab tertutup/ternaungi         = belum ada yang tumbuh.

2.Perlakuan tanah kering
a.Tanah kering terbuka/tanpa naungan  = belum ada yang tumbuh
b.Tanah kering tertutup/ternaungi         = belum ada yang tumbuh.

3.3.97. Dormansi primer (Minggu ke-3 tanggal 05 November 2012).
1. Brassica rapa  =
                           =    = 0%
2. Ruelia tuberosa  =
                              =  = 0%
3. Fimbristylis littoralis  =
                                         =   = 0%
4. Eleusine indica  =
                               =   = 0%

3.3.8.Dormansi Paksaan (Minggu ke-4 tanggal 05 November 2012)
1.Perlakuan tanah lembab
a.Tanah lembab terbuka/tanpa naungan = gulma tidak ada yang tumbuh.
b.Tanah lembab tertutup/ternaungi         = belum ada yang tumbuh.

2.Perlakuan tanah kering
a.Tanah kering terbuka/tanpa naungan  = belum ada yang tumbuh
b.Tanah kering tertutup/ternaungi         = belum ada yang tumbuh.

3.3.9. Dormansi primer (Minggu ke-4 tanggal 12 November 2012).
1. Brassica rapa  =
                            =    = 0%
2. Ruelia tuberosa  =
                               =  = 0%
3. Fimbristylis littoralis  =
                                        =   = 0%
4. Eleusine indica  =
                               =   = 0%


3.3.10.Dormansi Paksaan (Minggu ke-5 tanggal 12 November 2012)
1.Perlakuan tanah lembab
a.Tanah lembab terbuka/tanpa naungan = gulma tidak ada yang tumbuh.
b.Tanah lembab tertutup/ternaungi         = belum ada yang tumbuh.

2.Perlakuan tanah kering
a.Tanah kering terbuka/tanpa naungan  = belum ada yang tumbuh
b.Tanah kering tertutup/ternaungi         = belum ada yang tumbuh.


IV.   HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



4.1.Hasil Pengematan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 1.Pengamatan dormansi primer : persentase kecambah yang muncul
No
Jenis gulma atau tanaman
Waktu pengamatan
(MST=minggu setelah tanam)
1
2
3
4
1
Brassica rapa
94%
0%
0%
0%
2
Ruelia tuberosa
96%
0%
0%
0%
3
Fimbristylis littoralis
18%
42%
0%
0%
4
Eleusine indica
0%
0%
0%
0%

Tabel 2.Pengamatan dormansi paksaan
No
Perlakuan
Jenis dan jumlah gulma yang tumbuh
jenis
jumlah
1
Tanah lembab








a.Terbuka
Belum diketahui
Tidak diketahui
-
-
1
1 gulma patah
-
-
b.Ternaungi
-
-
-
-
-
-
-
-
2
Tanah Kering








a.Terbuka
-
-
-
-
-
-
-
-
b.Ternaungi
-
-
-
-
-
-
-
-


4.2.Pembahasan
Dormansi Bawaan (primer)  merupakan dormansi disebabkan oleh beberapa faktor dan mekanisme yang bersifat genetis.  Faktor dan mekanisme penyebabnya antara lain ialah :
1.Embrio yang belum matang.  Pada bebepara jenis gulma, biji yang terlihattelah sempurna dan terpisah dari induknya, embryonya masih dalam proses


pertumbuhan dan perkembangan.  Biji-biji tersebut akan berkecambah setelah pertumbuhan dan perkembangan embryonyasempurna.  Contoh : Welingi (Scorpus sp.) dan Cacaban ( Polygonum sp.).
2.Kulit biji yang keras.  Kulit biji yang keras merupakan penghalang perkecambahan, karena impermeable (tidak dapat ditembus) oleh gas, air atau tahan terhadap tekanan.  Meskipun air dan gas telah dapat menembus,tetapi bila kulit biji keras (tahan tekanan) maka biji belum dapat berkecambah.  Biji yang mempunyai sifat seperti ini akan berkecambah bila kulit bijinya menipis karena kerusakan mekanis seperti kebakaran,hewan dan mikroorganisme atau penyebab fisik lain.  Contohnya : jenis- jenis bayam (Amranthus spp.) dan jenis-jenis sawi (Brasica spp.).
3. Hambatan kimiawi.  Hambatan kimiawi dalam kulit biji atau buah, dalam embryo atau endosperm dapat menyebabkan biji tidak dapat berkecambah. Biji-biji yang mempunyai sifat dorman seperti ini biasanya dapat berkecambah setelah hambatan tersebut hilang karena perlakuan pencucian, suhu atau cahaya.

Pada praktikum dormansi primer yang dilakukan oleh kelompok 4 awalnya mengalami kegagalan karena biji gulma dan benih tanaman budidaya yang ditanam pada cawan petri tidak ada yang tumbuh karena keteledoran praktikan dalam pemeliharaannya yaitu kertas pada cawan tidak dalam keadaan lembab/kekurangan air.  Oleh sebab itu dilakukan penanaman ulang yang akhirnya pada minggu pertama gulma Ruelia tuberosa tumbuh 96%, Fimbristylis littoralis tumbuh 18%, dan Eleusine indica 0% sedangkan untuk Brassica rapa tumbuh 94%.  Pada gulma Eleusine indica dari minggu pertama hingga akhir kecambah tidak ada yang muncul meskipun kelembapan kertas pada cawan terjaga, tidak munculnya kecambah ini diasumsikan karena biji gulma yang diperoleh atau digunakan diduga tidak bagus dalam artian hampa atau sudah tidak memiliki daya berkecambah atau memang kondisi tersebut belum sesuai yang dikehendaki oleh gulma Eleusine indica.

Dormansi paksaan (Enforced dormancy)  merupakanistilah yang digunakan untuk biji-biji yang tidak berkecambah selama faktor lingkungan (kelembaban, cahaya, oksigen) kurang menguntungkan dan segeraakan berkecambah bila lingkungannya menguntungkan.  Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan dormansi:  Keadaan suhu, kelembaban,Oksigen, cahaya, resistensi mekanis kulit biji, embrio yang belum masak dan pematangan kemudian.

Pada dormansi paksaan, minggu pertama pada perlakuan tanah lembab terbuka sempat tumbuh satu gulma tetapi pada minggu kedua gulma tersebut patah sehingga kami belum mengetahui jenis gulma apa yang tumbuh tersebut apakah dari golongan teki, rumput atau daun lebar sesuai gulma yang tumbuh disekitar tanah yang digunakan sebagai media tanam.  Namun umumnya area yang kami ambil tanahnya banyak ditumbuhi gulma dari jenis daun lebar, salah satunya Asystasia gangetica.  Sedangkan pada perlakuan tanah kering baik terbuka maupun tertutup tidak ada gulma yang muncul kecambahnya, hal ini diasumsikan biji-biji gulma yang berada dalam tanah tersebut dalam masa dormansi karena lingkungan yang tidak mendukung/tidak adanya penyiraman sehingga tanah dalam keadaan kurang air sehingga tidak ada proses imbibisi yang mendorong tumbuhnya kecambah pada biji gulma.



V.      KESIMPULAN



Dari hasil pengamatan dan pembahasan mengenai dormansi biji gulma, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dormansi dapat menjadikan biji gulma tahan bertahun-tahun dalam tanah dan hanya akan tumbuh pada kondisi yang menguntungkan.
2. Dormansi dibedakan menjadi 3 yaitu dormansi bawaan, rangsangan dan paksaan.
3. Dari hasil pengamatan biji gulma yang paling banyak berkecambah yaitu Ruelia tuberosa dengan persentase tumbuh mencapai 96%.
4. Gulma Eleusine indica pada praktikum ini kecambah tidak muncul, hal ini diasumsikan 2 hal yang terjadi yaitu karena biji yang digunakan tidak mampu berkecambah atau memang kondisi lingkungan belum sesuai dengan E. indica sehingga biji tetap dorman.
5. Dari hasil pengamatan pada perlakuan tanah lembab dan kering terlihat biji gulma memang akan tumbuh pada kondisi yang menguntungkan terbukti tumbuhnya gulma pada perlakuan tanah lembab meski hanya 1 dan akhirnya mati karena patah.














DAFTAR PUSTAKA



Abidin, Z.1987.Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.Angkasa : Bandung.

Saleh,M.S.,2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagi Lama Ekstrasi Buah. Dalam Industri Benih di Indonesia Aspek Penunjangan Pengembangan. Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian UNTAD.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung

________. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3. ITB : Bandung.

Stern, K.R., S. Jansky, J.E. Bidlack., 2004. Introdution Plant Biology. McGraw-Hill Book Company Inc, London